Wednesday, March 15, 2006

Pandangan Nasional vs Internasional


Bisnis Indonesia
Maret 12, 2006

oleh
Christovita Wiloto
CEO Wiloto Corp Asia Pacific
powerpr@wiloto.com

Selama dua bulan pertama tahun ini, ada banyak isu Indonesia yang menjadi perhatian khusus publik internasional. Dan menjadi berita di pelbagai media massa utama pelbagai negara.

Mulai isu penegakkan hukum, dengan dijadikannya sejumlah pejabat, mantan pejabat dan tokoh-tokoh yang selama ini nyaris tak tersentuh hukum sebagai tersangka, hingga ditemukannya "The Lost Paradise" yang berisi puluhan spesies binatang dan tanaman baru di pedalaman Papua.

Namun, tak semua media massa di Indonesia tertarik mengangkatnya. Kebanyakan, isu itu hanya jadi informasi yang disajikan di halaman dalam. Atau bahkan cuma muncul jadi berita kecil yang sama sekali tidak eye catching. padahal, isu-isu itu menjadi perhatian sangat khusus publik internasional.

Bahwa mantan Ketua BPPN, Syafruddin Temenggung, dijadikan tersangka dalam kasus penjualan pabrik gula di Gorontalo. Demikian pula dengan dipenjarakannya mantan menteri, pejabat dan sejumlah tokoh penting republik ini memang sempat menghiasi halaman utama hampir semua media massa.

Sedangkan berita soal diperbaikinya peringkat utang Indonesia oleh lembaga rating internasional Standard & Poor's serta Moody's Investor Services (dari stabil ke positif), hanya muncul di halaman ekonomi koran-koran nasional. Walau porsinya cukup besar, tapi tampaknya media kita kurang percaya diri menampilkannya di halaman muka.

Hal serupa terjadi dalam isu G3 di telekomunikasi. Dunia internasional mengamatinya dengan sangat cermat perkembangan tehnologi telekomunikasi Indonesia ke era yang lebih canggih ini. Namum media di Indonesia lebih condong menyoroti silang sengketa perebutan tender frekuensi seluler generasi ketiga (3G).

Berita lebih menarik seperti betapa pemerintah berhasil menangguk dana segar sebesar hampir Rp 1,3triliun dari tender tersebut, justru hampir luput dari bidikan media massa nasional. Selain itu, fakta betapaIndonesia sudah kian dekat pada teknologi 3G -- teknologi yang bukan tak mungkin bakal membuatrevolusi dalam aktivitas bisnis dan kehidupan sehari-hari kita di masa depan -- juga tak terlalu banyak diekspos.

Isu lain yang sebenarnya bisa dikategorikan luar biasa, tapi tak tersaji secara menarik di media nasional, adalah diizinkannya Indonesia membangun reaktor nuklir oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Dengan izintersebut, diharapkan paling lambat pada 2016, Indonesia sudah membangun empat pusat listrik tenaga nuklir (PLTN)berdaya 1.000 Megawatt (MW).

Bahkan, IAEA menawarkan bantuan kajian teknoekonomi, pemilihan lokasi yang terbaik, alih teknologi, dan pembelajaran publik. PLTN menjadi alternatif pasokan listrik bagi Jawa, Madura, dan Bali karena pulau itu mengkonsumsi lebih dari 60 persen kebutuhan listrik di Indonesia. Energi nuklir menjadi alternatif karena harga listriknya termurah, kurang dari empat sen dolar AS per kilowatthour (kwh).

Indonesia telah menjalin kerja sama riset reaktor dan proteksi radiasi dengan Australian Nuclear S & T Organization (ANSTO). Saat ini, Amerika Serikat telah memiliki 102 PLTN. Jepang 40, Korea 20, dan Cina 30 PLTN.

Berita lain yang menjadi perhatian publik internasional adalah ditandatanganinya kerjasama Indonesia dan Rusia untuk pembangunan Stasiun Peluncuran Roket Luar Angkasa di Biak, Papua. Pulau ini dipilih karena dekat garis khatulistiwa, dimana roket dapat memanfaatkan rotasi bumi yang lebih cepat, sehingga sangat menghemat bahan bakar. Hal ini tentu akan sangat mengubah posisi Indonesia di percaturan dunia selanjutnya.

Selain itu berita yang sangat menghebohkan dunia, adalah tentang temuan spektakuler tim peneliti gabungan Conservation International Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendarawasih (UNCEN) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I di Pegunungan Foja, Mamberamo, Papua.

Di sana mereka menemukan puluhan spesies baru -- dan spesies amat langka yang semua dianggap sudah punah --binatang dan tumbuhan di hutan yang nyaris terisolasi. Media-media internasional menyebutnya sebagai The LostWorld, bahkan The Lost Eden dan The Lost Paradise.

Penemuan The Lost Paradise ini sungguh sangat mencenggangkan, dan sangat menarik perhatian jutaan warga dunia. Digambarkan bahwa binatang-binatang spesies baru itu sangat ramah terhadap manusia, dan tumbuh-tumbuhan spesies baru itu sangat indah. Berita tentang hal ini disajikan berhari-hari dipelbagai media internasional.

Selain itu peranan Indonesia, sebagai "Juru Damai" Korea Utara dan Selatan; beberapa kemajuan Indonseia yang cukup berarti dalam penanganan terorisme; dan juga ketegasan penanganan masalah narkoba dengan putusan hukuman mati pada kasus Bali Nine menjadi isu strategis yang sangat positif dan amat disoroti oleh publik Internasional.

Isu-isu tadi tak terlalu menonjol dalam pemberitaan media-media nasional, namun media-media internasional justru memberi apresiasi yang tinggi . Publik internasional bahkan berani menatap Indonesia dengan pandangan yang amat optimistis.

Optimisme Nasional
Perbedaan padangan media dan publik nasional dan internasional sangatlah wajar terjadi, hal ini disebabkan karena publik internasional memiliki jarak yang cukup jauh untuk melihat setiap isu. Sementara publik nasional berada tepat di jantung masalah, sehingga sangat dapat merasakan setiap detak jantung Indonesia.

Ketahanan ekonomi masyarakat --yang sebenarnya mulai membaik -- kembali goyah setelah terkena imbas sejumlah kebijakan kontroversial pemerintah. Seperti, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), sebanyak dua kali dalam satu tahun terakhir. Hal itu, disusul dengan rencana kenaikan tarif telepon, listrik dan kebutuhan yang sudah tergolong pokok lainnya.

Melemahnya ketahanan ekonomi masyarakat, secara langsung dapat dilihat dari kian sepinya aktivitas transaksi di pusat perdagangan semacam Mangga Dua atau Pasar Baru, serta keluhan hampir semua pengusaha tentang anjloknya omzet penjualan mereka hingga 50%, semenjak kenaikan harga BBM.

Dalam situasi seperti itu, pemerintah harus sadar benar bahwa kondisi riil ekonomi masyarakat Indonesia pada umumnya sangatlah menyedihkan. Segala aktifitas yang dilakukan pemerintah dalam memajukan Indonesia,
haruslah segera dapat dirasakan oleh lapisan masyarakat bawah.

Artinya, pemerintah tak cuma harus berhasil meyakinkan publik internasional terhadap kredibilitas Indonesia. Tapijuga musti mampu mengangkat rasa percaya diri publik di dalam negeri. Dengan strategi yang cerdas yang mampu menggugah optimisme nasional, kita bisa berharap Indonesia bakal segera bangkit.

Dan, memang sudah seharusnya, kita selalu memelihara optimisme untuk bisa cepat bangkit. Optimisme ini merupakan ''tenaga pendorong'' untuk mempercepat kebangkitan kembali Indonesia menjadi sebuah bangsa yang tangguh. Bangsa yang disegani. Bangsa yang mampu melepaskan diri dari keterpurukan di berbagai bidangyang telah hampir 10 tahun terjerat. Motivasi untuk bangkit, rasanya perlu terus digelorakan.

www.wiloto.com

www.wiloto.com