PowerPR - Christovita Wiloto & Co is The Indonesia Strategic Public Relations company that offers integrated communications and investment strategy. PowerPR was founded by Christovita Wiloto, have handled more than 70 clients, from Indonesia and many other countries such as Singapore, Malaysia, USA, Australia, China etc please click www.powerpr.co.id
Sunday, October 02, 2005
Negara Tanpa Visi?
Bisnis Indonesia
Minggu, 02-Oktober-2005
Negara Tanpa Visi?
Oleh Christovita Wiloto
Managing Partner PowerPR
http://www.blogger.com/
Mari kita buat survey kecil-kecilan. Sodorkan satu pertanyaan pada orang-orang di sekitar kita, ''Apa visi negara ini?'' Berani taruhan, mayoritas responden pasti menjawab, ''Tak tahu.'' Kalau pun ada yang tahu, pasti jawabannya amat klise, semacam, ''Menjadi bangsa yang adil dan makmur.''
Indonesia telah berusia 60 tahun dan memiliki enam kepala Negara. Khususnya sejak reformasi tahun 1998, Indonesia telah mengalami empat kali pergantian kepemimpinan. Yakni BJ Habibie, Abdurrahman ''Gus Dur'' Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi sayang, tak satu pun di antara semua presiden tadi yang mampu “menjelaskan” bahkan ''meyakinkan'' rakyat dengan visinya yang konkret dan jelas. Sampai kini banyak orang bahkan para elite berteriak, ''Reformasi!” dan “perubahan.'' Tapi mau berubah jadi apa, semuanya terdiam. Atau gagap menjawabnya. Tidak pernah ada gambaran yang bening, jelas dan gamblang bagi semua masyarakat (baca: rakyat) tentang berubah menjadi apa, kemana arah Negara ini melangkah, atau apa visi Negara ini.
Padahal, sekadar berubah tanpa arah, sama dengan bunuh diri. Perubahan tanpa tujuan yang jelas, tak beda dengan menghancurkan negeri yang sudah kita bangun bersama dengan susah payah. Sebagai sebuah negara besar, kinerja yang dilakukan Indonesia pasca krisis, nyaris tak berarti. Apalagi, bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia yang sama-sama terkena krisis moneter pada 1998 -- semacam Thailand, Korea Selatan, dan Malaysia, kinerja Indonesia jauh tertinggal. Apa lagi jika dibandingkan dengan negara-negara yang tidak terkena krisis.Ibarat berlari, Indonesia sudah sangat amat terengah-engah, namun tidak pernah sampai kemana-mana. Alias hanya lari di tempat. Bahkan, seorang teman mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah lari jauh, tapi jauh ke belakang. Sedangkan negara-negara tetangga, telah melesat jauh ke depan. Apa visinya?
Bangsa Indonesia sudah sangat penat dan sarat beban. Berbagai persoalan bahkan krisis datang silih berganti. Banyak enerji terbuang sia-sia untuk hal-hal yang semestinya tidak perlu.
Diluar bencana alam yang memang sebagian besar diluar kendali (walau sebetulnya di negara lain bencana alam bisa diprediksikan), banyak bencana-bencana nasional yang terjadi karena kurangnya pengelolaan dengan baik.
Raja Sulaiman menulis dalam Amsalnya, ”..jika tidak ada visi, maka binasalah rakyat..” Visi yang jelas diperlukan bangsa ini, karena waktu berjalan terus dan waktu yang disia-siakan tak akan pernah kembali. Hanya ketidak pastian yang pasti akan terjadi, dan banyak hal yang diluar kendali kita.
Raja Sulaiman menulis dalam Amsalnya, ”..jika tidak ada visi, maka binasalah rakyat..” Visi yang jelas diperlukan bangsa ini, karena waktu berjalan terus dan waktu yang disia-siakan tak akan pernah kembali. Hanya ketidak pastian yang pasti akan terjadi, dan banyak hal yang diluar kendali kita.
Pertanyaan sekarang bukanlah apakah kita sibuk? Tetapi apakah kita sibuk melakukan hal yang benar sesuai visi kita?
Saat kampanye pada pemilihan presiden tahun lalu, duet SBY-JK (sebutan populer untuk pasangan Susilo Bambang Yudhoyo dan Jusuf Kalla), sempat melontarkan berbagai janji, yang mereka sebut sebagai visi dan misi pemerintahan mereka, bila terpilih menjadi pasangan presiden/wapres. SBY-JK, misalnya, menjanjikan bakal membuat perubahan. Tapi tak pernah dijelaskan secara gamblang perubahan konkret apa yang akan mereka lakukan. Sementara rakyat sudah telanjur melambungkan harapannya (terhadap perubahan tersebut) setinggi langit. Ini wajar, mengingat rakyat memang telah berpuluh tahun dipaksa hidup di bawah rezim otoritarian yang didukung birokrat dan militer, serta perubahan setengah hati, yang disodorkan para presiden pengusung reformasi, yang berkuasa pasca Soeharto.
Apakah kita harus kembali ke jaman sebelum reformasi? Tentu tidak! Demokrasi saat ini merupakan hasil luar biasa yang sudah kita capai dengan perjuangan. Sebenarnya ini adalah kekuatan negara kita yang tidak dimiliki negara-negara lain. Kita tidak perlu kembali ke masa lalu dan membuat awal yang baru. Tetapi kita harus memiliki visi yang konkret dan jelas mulai sekarang agar kita memiliki masa depan yang lebih cemerlang.
Memimpin negeri sebesar Indonesia memang tak mudah. Butuh visi yang konkret, jelas dan dimengerti rakyat agar kelangsungan negara ini bisa berjalan. Dengan didukungan penuh oleh rakyat, itu bisa tercapai. Tentu saja, jika rakyat juga ikut merasakan manfaat dari apa yang dilakukan para pemimpinnya.
Jangan sampai negara ini hanya sekedar “mengalir” saja, tanpa tujuan dan visi yang jelas. Jangan juga negara ini dikelola dengan hanya atas desakan krisis demi krisis saja.
Pemimpin Negara ini harus memiliki visi yang jelas akan kemana arah dan tujuan Negara ini dipimpin. Pemimpin Negara ini harus pula mengkomunikasikan visi tersebut dengan bening, gambling dan jelas pada seluruh rakyat. Pemimpin Negara ini juga harus mampu melakukan “share the vision” kepada seluruh rakyat artinya membuat seluruh rakyat “membeli” visinya. Bukan hanya sekedar untuk memenangkan pemilu saja. Dan yang terakhir pemimpin negara ini harus mampu memimpin seluruh rakyat mencapai visi tersebut.
Subscribe to:
Posts (Atom)