Sunday, January 12, 2003

Michelle Yeoh: Truly Asia!



Michelle Yeoh: Truly Asia!
Bisnis Indonesia 12 Jan, 2003

Anda pasti kenal siapa dia, aktris Asia Tenggara pertama yang menjadi pendamping James Bond, agen rahasia Inggris berkode 007, dalam petualangannya yang sensasional. Yeoh bermain bersama Pierce Brosnan dalam Tomorrow Never Dies(1997).

Sebelum Yeoh, sebenarnya pesona Asia, sudah pernah dimunculkan produser James Bond melalui aktris Jepang, Akiko Wakabayashi, yang tampil sebagai Bond's Girl dalam seri You Only Live Twice (1967).

Berbeda dengan Yeoh yang tampil eksplosif dengan kekuatan akting dan ketrampilan bela dirinya, peran Wakabayashi tak lebih dari sekadar 'pemanis' belaka.

Permainan ciamik Yeoh, tak cuma mengangkat namanya ke deretan aktris laris, tapi juga melambungkan citra negaranya, Malaysia, ke pentas dunia. Setidaknya, mata komunitas perfilman internasional jadi terbuka, bahwa ada negara di semenanjung Melayu yang mampu melahirkan aktor berkelas Hollywood.

Tak heran, kalau konon, Yeoh sempat dianugerahi gelar kebangsawanan dan dihormati sebagi 'Pahlawan' oleh pemerintah Malaysia. Bayangkan, betapa pemerintah Malaysia sadar betul arti dari komunikasi strategis yang dilakukan Yeoh!! Dijadikan maskot, sekaligus anchor untuk iklan pariwisata Malaysia. Dalam iklan tersebut, dengan senyumnya yang eksotik, Yeoh mengundang pelancong dari seluruh dunia dengan gumamannya, 'Malaysia, truly Asia.'

Slogan pariwisata Malaysia itu sendiri, sebenarnya agak provokatif. Bangsa Asia lain, termasuk Indonesia, sebenarnya berhak tersinggung dengan klaim tersebut.

'Malaysia, Asia yang sebenar-benarnya' hanya dengan bermodalkan tiga etnis Melayu, Cina & India yang tinggal di Malaysia- memangnya Indonesia, Cina, Jepang, Korea, Singapura, India, atau Thailand bukan Asia betulan?

Tapi justru itulah kekuatan komunikasi Malaysia tadi. Mereka-melalui popularitas Yeoh-seakan ingin berteriak ke seluruh dunia, 'Kalau ingin melihat atau merasakan pesona Asia, datang saja ke Malaysia.'

Sungguh, apa yang dilakukan Malaysia Tourism and Promotions Board (MTPB), benar-benar menunjukkan bahwa mereka memiliki strategi komunikasi bisnis dan public relations (PR) yang amat kuat. Melalui slogannya tadi, mereka secara tegas telah menunjukkan positioning Malaysia sebagai tujuan wisata wajib bagi para turis yang ingin berkunjung ke Asia.

'Malaysia, trully Asia' secara gamblang juga mengungkapkan visi pemerintah Malaysia di masa depan, yang ingin menjadikan pariwisata sebagai salah satu andalan pendapatan negara.
Suatu tekad, yang (mungkin) agak berlebihan, karena-di banding Indonesia, misalnya -Malaysia sebenarnya tak memiliki cukup banyak obyek wisata.

Optimalkan komunikasi

Tapi sekali lagi, kecerdikan dalam mengoptimalkan kekuatan komunikasi dan PR, menjadi kunci sukses.

Sesuatu yang sebelumnya terlihat biasa, dapat dikemas menjadi sesuatu yang luar biasa. Pariwisata Malaysia-setidaknya kalau disimak dari iklan yang dibintangi oleh Michelle Yeoh tadi - hanya mengandalkan pantai, masakan tradisional, dan upacara adat yang barangkali tak lebih dahsyat dari yang dimiliki Indonesia.

Kalau pun ada nilai lebihnya, karena semua itu dikemas dalam komunikasi dengan standar internasional.

Selain itu, satu hal yang sama sekali tak boleh diabaikan, adalah keberhasilan pemerintah Malaysia 'menjual' landmark negara itu, KLCC (Kuala Lumpur City Center) yakni menara kembar Petronas, sebagai simbol keberhasilan ekonomi sekaligus kemakmuran Malaysia.
Dalam berbagai iklan, brosur, atau booklet pariwisatanya, MTPB selalu menyertakan gambar KLCC Petronas di dalamnya.

Strategi itu secara jitu telah menancapkan citra positif ke seluruh dunia. Walaupun sebenarnya Kuala Lumpur sendiri tidaklah lebih indah dibanding Jakarta.

Karenanya, sangat wajar jika pemerintah Malaysia terpaksa harus mencekal film Entrapment, yang dibintangi oleh Sean Connery dan si jelita Catherine Zeta Jones. Pasalnya, film yang diproduksi oleh 20th Century Fox (1999) itu secara tak senonoh menggambarkan seakan-akan menara kembar KLCC Petronas dibangun di tengah kawasan kumuh (syuting sebagian dilakukan di Malaka)-situasi yang secara tak langsung menggambarkan masih besarnya ketimpangan ekonomi di Malaysia. Malaysia sadar betul apa efek yang diciptakan film itu, yang akan sangat membentuk persepsi publik internasional terhadap Malaysia.

Untuk urusan Public Relations Indonesia ke dunia internasional, barangkali kita perlu belajar dari apa yang dilakukan Malaysia.

Saya yakin, kita bisa. tinggal bagaimana strategi komunikasi dibuat lebih profesional, jangan sekadar dilihat sebagai proyek 'bancakan nasional' yang akhirnya tidak pernah mencapai sasaran.

Apalagi, kita punya lebih banyak obyek wisata, yang jauh lebih cantik ketimbang Malaysia. Tapi sayang, Michelle Yeoh memang tak lahir di Indonesia, he...he...he.. Selamat memasuki tahun 2003!

Sumber:
Bisnis Indonesia
Oleh:
Christovita Wiloto
Managing Partner Wiloto Corp. Indonesia
email:
powerpr@wiloto.com
website:
www.powerpr.co.id

www.wiloto.com

www.wiloto.com